KOSENTRASI KRITIS MISEL (KKM) DAN ENTALPI (∆H) DARI GELATIN PADA BERBAGAI SUHU
Nama : Septia Wulandari
NIM : F1C121010
Kelas : R-002
PRAKTIKUM KIMIA FISIK LANJUT
POSTTEST
KOSENTRASI KRITIS MISEL (KKM) DAN ENTALPI
(∆H) DARI GELATIN PADA BERBAGAI SUHU
Asisten Laboratorium
Putri Ramadhanti, S.Si
Andreas Sihotang (F1C119051)
Surfaktan
adalah senyawa yang dapat menurunkan tegangan antar muka antara dua fasa cairan
yang berbeda kepolarannya, misalnya minyak dalam air atau air dalam minyak.
Sifat tersebutlah yang menyebabkan surfaktan dapat digunakan sebagai komponen
bahan adhesif, pembasah, pembusa, pengemulsi dan bahan penggumpal. Surfaktan
banyak digunakan dalam bidang industri seperti industri makanan, kosmetika,
tekstil, farmasi, polimer, agrokimia sertca cat. Penggunaan surfaktan sendiri
sangat bervariasi yaitu sebagai bahan deterjen, plastik dan lainnya.
Pernggunaan surfaktan bertujuan untuk meningkatkan kestabilan emulsi dengan
cara menurunkan tegangan antar muka antara fasa air dan fasa minyak. Penambahan
surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan. Setelah
mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan walaupun
konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi
konsentrasi maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. Berdasarkan gugus
hidrofiliknya, surfaktan diklasifikasikan menjadi empat golongan yaitu
surfaktan anionik (bagian alkilnya terikat pada suatu anion), surfaktan
kationik (bagian alkilnya terikat pada suatu kation), surfaktan nonionik
(bagian alkilnya tidak bermuatan) dan surfaktan amfoter (bagian alkilnya
mempunyai muatan positif dan negatif) ( Oppusunggu et al., 2015 ).
Surfaktan
terdiri atas 2 gugus yang bersifat saling berlawanan, dimana kepalanya bersifat
hidrofilik (suka air) dan ekornya bersifat lipofilik (suka minyak atau lemak).
Mekanisme surfaktan secara umum adalah, surfaktan akan bekerja sebagai senyawa
yang akan menurunkan tegangan permukaan dengan cara bagian kepala surfaktan
akan berada pada bagian dalam permukaan air, sementara bagian ekornya akan
berada pada bagian atas permukaan air, maka surfaktan dapat menurunkan tegangan
permikaan dari cairan tersebut. Ketika surfaktan ditambahkan terus menerus ke
dalam cairan maka surfaktan akan membentuk agregat berbentuk sperikal (bulat)
yang disebut dengan misel. Dimana misel merupakan agregat partikel yang terdiri
dari 50-100 monomer surfaktan yang saling berinteraksi membentuk agregat dengan
ukuran 5-100 nm. Konsentrasi terbentuknya misel disebut konsentrasi kritis
misel, konsentrasi tersebut dicapai ketika penambahan surfaktan tidak menyebabkan
penurunan Kembali tegangan permukaan dari suatu cairan ( Ramadhan et al.,
2022 ).
Dalam
percobaan konsentrasi kritis misel (KKM) ini digunakan sampel gelatin. Dimana
gelatin merupakan pengemulsi. Gelatin memiliki sifat yang dapat berubah secara
reversibel dari bentuk sol ke gel ataupun sebaliknya dan juga gelatin dapat
mengembang dalalm air dingin. Gelatin mempunyai titik leleh 35 ⁰C, yaitu suhu
di bawah suhu normal tubuh manusia. Gelatin mempuunyai karakteristik yang unik
dibanding bahan pembentuk gel lainnya yaitu seperti alginat, pektin, pati,
agar-agar dan karagenan. Gelatin adalah salah satu produk turunan protein yang
diperoleh dari hasil hidrolisis kolagen hewan yang terkandung didalam tulang
dan kulitnya. Senyawa gelatin merupakan suatu polimer linier asam-asam amino.
Pada umumnya rantai polimer tersebut mempunyai susunan berupa pengulangan dari
asam amino glisin-proliin-prolin atau glisin-prolin-hidroksiprolin. Gelatin
tersusun atas 17 asam amino yang saling terikat dan dihubungkan dengan ikatan
peptida membentuk rantai polimer yang Panjang. Adapun struktur dari gelatin
sebagai berikut :
Gelatin
tersusun dari asam amino yang membentuk ikatan peptida. Gugus fungsi air
terdapat di dalam gugus fungsi gelatin. Gugus fungsi air terletak pada daerah
serapan amida A. jika gugus fungsi air berikatan menjadi suatu ikatan hidrogen,
terbentuk beberapa ikatan peptida pada rangkaian gugus fungsi gelatin, seperti
C=O, C-N, dan N-H. ketiga ikatan ini terletak di puncak amida I dan juga amida
II ( Mustaqimah et al., 2020 ).
Fenomena adsorpsi surfaktan terjadi ketika surfaktan ada pada suatu sistem dalam kadar yang renda dan keberadaannya di daerah permukaan atau antar muka yang mengubah energi bebas secara signifikan. Setelah menempati seluruh area permukaan, molekul surfaktan akan mengalami agregasi (akumulasi-mandiri) dan membentuk struktur supramolekul yaitu misel. Bentukan misel mulai muncul pada kadar surfaktan monomerik tertentu yang dikenal dengan istilah kadar misel kritis.
Dapat
dilihat pada gambar di atas, dimana bagian ekor dari misel yang bersifat
lipofilik mengarah ke inti untuk menghindari kontak dengan air, dan kepala nya
yang bersifat hidrofilik tetap berada dipermukaan luar untuk memaksimalkan
kontak dengan air. Pembentukan misel merupakan hasil dari kesetimbangan gaya
intermolekul meliputi interaksi lipofilik, sterik, elektrostatik, ikatan
hidrogen dan van der Waals. Interaksi lipofilik antar ekor surfaktan memberikan
gaya tarim-menarik, sementara gaya tolak-menolak berasal dari interaksi sterik dan
elektrostatik (utuk surfaktan ionic dan zwitter ion) antara kepala polar
surfaktan. Pembentukan misel dan nilai konsentrasi kritis misel tergantung pada
kesetimbangan gaya yang mendorong dan menghambat proses tersebut. Keberadaan
molekul surfaktan di dalam air akan mengacaukan struktur air sehingga energi
bebas sistem meningkat. Fenomena adsopsi di area permukaan dan pembentukan
misel (miselisasi) bisa dikatakan sebagai respons molekul surfaktan untuk
meminimalkan energi bebas dalam sistem dengan menghindari kontak anatara gugus
lipofilik dengan air. Apabiladistorsi struktur pelarut kecil, seperti surfaktan
dengan rantai lipofilik pendek di dalam air, maka kecil kemungkinannya terjadi
miselisasi. Sering terjadi pada pelarut selain air dan oleh karena itu misel
yang terbentuk di dalam air jarang dijumpai pada pelarut lainnya dalam ukuran
yang dapat dibandingkan ( Setyawan dan Paramita, 2020).
Tegangan
permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk menegang, sehingga
permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal tersebut dikarenakan adanya gaya
kohesi antara molekul air. Pada zat cair yang adesiv berlaku bahwa besar gaya
kohesinya lebih kecil dari pada gaya adesinya dan pada zat yang non adesiv
berlaku sebaliknya. Adapun salah satu alat
yang sering digunakan untuk mengukur tegangan permukaan zat cair adalah
pipa kapiler. Salah satu besaran yang berlaku pada sebuah pipa kapiler adalah
sudut kontak, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan zat cair yang dekat
dengan dinding. Sudut kontak timbul akibat gaya tarik-menarik antara zat yang
sama atau biasa disebut gaya kohesi dan gaya tarik -menarik antar molekul zat
yang berbeda disebut dengan gaya adesi ( Juliyanto et al., 2016 ).
DAFTAR
PUSTAKA
Juliyanto,E., J.Rofingah, A.F.Sejati dan
F.N.Hakim. 2016. “Menentukan Tegangan Permukaan Zat Cair”. Jurnal Kajian
Pendidikan Sains. Vol. 1(1) : 1-11.
Mustaqimah,D.N., N.Isra, S.N.Riani dan
A.P.Roswiem. 2020. “Identifikasi Gelatin Dalam Obat Kumur Yang Beredar Di Indonesia
Menggunakan Attenuadted Total Reflection-Fourier Transform Infrared”. Cakradonya
Dent J. Vol. 11(2) : 74-79.
Oppusunggu,J.R., V.R.Siregar dan Z.Masyithah.
2015. “Pengaruh Jenis Pelarut Dan Temperatur Reaksi Pada Sintesis Surfaktan Dari
Asam Oleat Dan n-Metil Glukamina Dengan Katalis Kimia”. Jurnal Teknik Kimia.
Vol. 4(1) : 25-29.
Ramadhan,M.R., R.Aryani dan G.C.E.Darma.
2022. “ Penentuan Nilai Konsentrasi Misel Kritis (KMK) Surfaktan Serta Pengaruhnya Terhadap
Kelarutan Zat Aktif Farmasi”. Bandung Conference Series Pharmacy. Vol.
2(2) : 183-189.
Setyawan,D. dan D.P.Paramita. 2020. Strategi
Peningkatan Kelarutan Bahan Aktif Farmasi. Jawa Timur : Airlangga
University Press.
Komentar
Posting Komentar