SISTEM TERNER CAIR-CAIR
Nama : Septia Wulandari
NIM : F1C121010
Kelas : R-002
PRAKTIKUM
KIMIA FISIK LANJUT
POSTTEST
SISTEM
TERNER CAIR-CAIR
Asisten
Laboratorium :
Putri
Ramadhanti, S.Si
Andreas
Sihotang (F1C119051)
Diagram
fasa menggambarkan fasa-fasa yang ada sebagai fungsi temperature dan persentase
unsur paduan pada tekanan 1 atm. Diagram fasa dapat dianggap sebagai peta
dunia, dimana West menjelaskan diagram fasa ini runtut dari binary phase
diagram, ternary phase diagram, dan reaksi-reaksi fasa : eutectic, eutectoid,
peritectic, dan peritectoid yang ada didalamnya. Diagram fasa adalah gambaran
kondisi kesetimbangan termodinamika pada fasa-fasa yang ada. Dimana West juga
menjelaskan yang menghasilkan intermetallic compound (Pujilaksono, 2015).
Sistem yang terdiri dari tiga
komponen tetapi satu fasa dan sistem tidak terkondensasi maka F=3-1+2=4. Empat
derajat kebebasan tersebut adalah suhu, tekanan, dan konsentrasi dari 2
komponen. Jika menganggap sistem terkondensasi dan suhu dibuat konstan atau
tetap, maka F=2 jadi dapat dibuat diagram bidang untuk menggambarkan
kesetimbangan fase. Oleh karena itu, berkaitan dengan segitiga komponen maka
lebih baik menggunakan kertas grafik segitiga. Diagram segitiga sistem tiga
komponen disebut juga dengan sistem terner. Dalam sistem terner, setiap sudur
segitiga menunjukkan bobot segitiga 100% dalam satu komponen yaitu A,B atau C. Sisi
segitiga menunjukkan campuran dua komponen dari tiga kemungkinan kombinasi A,B
dan C. Daerah di dalam segitiga menunjukkan seluruh kemungkinan kombinasi A,B
dan C untuk memberikan sistem tiga komponen. Jika satu garis ditarik dari titik
sudut ke sisi hadapannya, maka seluruh sistem terner akan mempunyai rasio tetap
dari dua komponen (Sopyan et al., 2018).
Diagram fasa untuk sistem tiga
komponen umumnya berbentuk prisma standar, dengan dasar segitiga ekulateral
(ABC) dan tiga “dinding” sistem biner (A-B, B-C, C-A). Dengan bentuk tiga
dimensi, maka dapat dispesifikasi tiga variable independen, misalnya dua komponen
konsentrasi dan temperature. Karena merupakan diagram isobaric, kaidah fasa
yang dimodifikasi dapat diterapkan. Sisi vertical menggambarkan komponen murni
dari sistem metalik atau keramik. Garis kontur isothermal meruapakan alat bantu
yang berguna untuk menunjukkan kelengkungan permukaan lokuidus dan solidus. Pada
sistem terner, reaksi eutektik seperti cair α + β adalah univarian (F=1) dan terjadi pada
rentang temparatur tertentu: tidak seperti pada sistem biner. Ciri utama
diagram, adalah segitiga tiga-fasa (α + β + Cair) yang muncul dari horizontal autetik
biner atas dan kemudian menuruni tiga “tiang penghantar” hingga terjadi degenerasi
dan terbentuk horizontal eutektik biner bawah. Dengan turunnya temperatur,
terjadi reaksi eutektik Cair
α + β karena itu verteks
segitiga terdepan mewakili komposisi fase leleh (Smallman dan Bishop , 2000).
Adapun pengaplikasian sistem terner yaitu
pada distilasi ekstaktif. n-Propil asetat adalah senyawa yang banyak digunakan
di industri, yaitu sebagai bahan pelarut, bahan mentah untuk kosmetik, dan
bahan mentah untuk aditif plastik. Metode yang umum untuk pembuatan n-propil
asetat adalah melalui ekstraksi n-propanol dan asam asetat yang dipanaskan. Senyawa
tersebut umumnya tersedia masih dalam bentuk campuran terner n-propil
asetat/n-propanol/air atau dengan metode destilasi reaktif. n-Propil asetat
tidak dapat dipisahkan secara sempurna dengan distilasi sederhana dari campuran
terner. Disebabkan oleh adanya azeotrope terner dari campuran n-propil
asetat/n-propanol/air. Dimana azeotrop terner dari campuran n-propil
asetat-n-propanol-air terjadi di 33,5% mol n-propil asetat, 15,4% mol
n-propanol, 51,1% mol air pada suhu 82,49⁰C. Dimana hasil reaksi keluaran reaktor
yang masih banyak mengandung asam asetat dan campuran terner dipanaskan dengan
preheater sebelum masuk kolom recovery asam asetat. Laju alur n-propil asetat
semakin tinggi saat solvent diumpankan pada stage yang lebih bawah. Dimana hasil
tersebut berbanding terbalik dengan fraksi mol n-propil asetat. Saat solvent
diumpankan pada stage yang lebih bawah, fraksi mol n-propil asetat semakin
menurun. Dan ketika jarak antara kedua stage umpan meningkat maka kemurnian
distilat akan menurun (Wibowo et al., 2018).
Didalam sistem tiga komponen derajar kebebasannya adalah F=3-P+2=5-P. Bila sistem hanya terdiri dari satu fasa maka diperlukan empat variabel untuk menyatakan kondisi sistem misalnya T, p, X1 dan X2. Karena kesulitan penggambaran, maka biasanya sistem dinyatakan pada T dan p tetap sehingga tinggal dua peubah dan mudah digambarkan di dalam bidang. Untuk sistem tiga kompen hubungan antar komponennya adah X1 + X2 + X3 = 1. Mencampurkan dua larutan yang masing-masing komposisinya a dan b maka komposisi larutan yang dihasilkan komposisinya adalah titik pada garis a-b yang posisinya ditentukan oleh perbandingan volume kedua larutan yang dicampurkan. Mancampurkan dua larutan yang masing-masing komposisinya a dan c maka komposisi larutan yang dihasilkan komposisinya adalah titik pada garis ac yang posisinya ditentukan oleh perbandingan volume kedua larutan yang dicampurkan. Mencampurkan dua larutan yang masing-masing komposisinya b dan c, maka komposisi larutan yang dihasilkan komposisinya adalah titik pada garis bc yang posisinya ditentukan oleh perbandingan volume kedua larutan yang dicampurkan. Mencampurkan tiga larutan yang masing-masing komposisinya a,b dan c, maka komposisi larutan yang dihasilkan komposisinya adalah titik pada segitiga abc yang posisinya ditentukan oleh perbandingan volume kedua larutan yang dicampurkan. Contoh sistem tiga komponen kesetimbangan cair-cair adalah sistem kloroform, air dan asam asetat. Pasangan kloroform-asam asetat dan air-asam asetat saling melarutkan dalam segala perbandingan. Sedangkan pasangan kloroform-air tidak. Titik a dan b menyatakan lapiran cairan konjugasi tanpa adanya asam asetat (Triyono, 2013). Adapun contoh diagram terner untuk kloroform-asam asetat-air sebagai berikut :
DAFTAR
PUSTAKA
Pujilaksono, B. 2015. “Resensi Solid State
Chemistry Ilmu Dasar Berdaya Guna Dan Aplikatif”. Jurnal Teknosains.
Vol. 5(1) : 1-4.
Smallman,R.E. dan R.J.Bishop. 2000. Metalurgi
Fisik Modern dan Rekayasa Material Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.
Sopyan,I., N.Wathoni, T.Rusdiana dan
D.Gozali. 2018. Karakterisasi Sediaan Padat Farmasi. Yogyakarta : Deepublish.
Triyono, 2013. Kesetimbangan Kimia.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Wibowo, A.A., C.E.Lusiani, R.R.Ginting dan
D.Hartanto. 2018. “Siulasi CHEMCAD Studi Kasus Distilasi Ekstraktif Pada
Campuran Terner n-Propil Asetat/n-Propanol/Air”. Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan.
Vol. 2(2) : 75-83.
Komentar
Posting Komentar